Posted by kirom2015.blogspot.com
» Tuesday, October 23, 2018
Sejarah desa
Datinawong Kec. Babat Kabupaten Lamongan di abad 14 – 15 merupakan Alas Gerutan
banyak pohon yang besar-besar seperti pohon trenggulun, pohon kayu godrek, dll.
Dan ada barang yang aneh di pinggir timur yang tanahnya agak menurun, kalau
musim hujan tanah tersebut airnya tidak bisa mengalir dan kalau musim kemarau
tanahnya kering dan berlubang jarang orang berani masuk alas gerutan tersebut,
sebab angker dan ganas. Menurut riwayat, alas itu kadang terlihat dan kadang
tidak waktu itu.
Menurut bicaranya
orang kuno alas gerutan itu kadang-kadang mengeluarkan sinar, dan sinarnya
memancar sampai jauh, sinar itu kalau di datangi orang bisa hilang kalau orang
itu memaksa masuk pada alas tersebut, insya allah orangnya hilang karena saking
ganasnya bangsa halus yang ada di alas itu. Orang itu bisa masuk pada alas
tersebut kalau mempunyai pengetahuan ilmu kesaktian yang tinggi. Contohnya, beberapa
prajurit Majapahit di abad 15 di tugaskan oleh Raja Majapahit mencari alas yang
keluar sinarnya setibanya di alas gerutan para prajurit Majapahit kembali ke
kerajaan karena setibanya di alas, alasnya tidak kelihatan dan gelap. Waktu itu
yang menjadi Raja Majapahit namanya Wikrama Wardani Raja Majapahit kelima.
Menurut
riwayat, waktu abad ke-15 Raden Rahmad atau Sunan Ampel datang ke Keraton
Majapahit menemui Wikra Wardani/ Raja Majapahit. Raden Rahmad setibanya datang
di kerajaan Majapahit, setelah ketemu dengan Raja di Keraton Raden Rahmad
langsung uluk salam, setelah uluk salam Raden Rahmad di suruh duduk oleh raja.
Setelah duduk Raden Rahmad berbicara pada Raja, bicaranya seperti ini “duh Raja
Penguasa Majapahit keperluan saya kesini mau ngempel (Pinjam) tempat untuk
tempat tinggal dan pesantren”, sang Raja setelah mendengar apa yang diucapkan
oleh Raden Rahmad walaupun beliau masih beragama Hindhu tetapi senang pada
sopan santunya Raden Rahmad akhirnya Raden Rahmad di ijini Ngampel tempat
tersebut untuk tempat tinggal dan pesantren di Alas Delta yang ada di Surabaya
utara dekat kalimas. Sesudah di ijini oleh Raja Majapahit Raden Rahmad langsung
pergi ke alas tersebut. Setibanya di alas Raden Rahmad bersama sahabatnya
langsung babat alas delta sampai bersih dan padang.
Singkat ceritanya,
Raden Rahmad (Sunan Ampel)/ (Sunan yang pertama di jawa) buat pesantren Pertama
di Surabaya, setelah itu kampung yang di duduki diberi nama Ampel Delta, sebab
alasnya banyak lintahnya. Alas itu sebelum di babati oleh Raden Rahmad
orang-orang tidak berani masuk pada alas itu, karena kalau berani masuk alas
itu darahnya dihisap oleh lintah. Raden Rahmad mulai ke-15 dikenal oleh rakyat
Majapahit dan orang jawa lainya, sebab anak turunnya rakyat Majapahit dan orang
jawa lainnya laki-laki dan perempuan sudah ada yang nyantri pada Raden Rahmad
di Ampel Delta. Orang –orang yang belajar mengaji ada yang sebagian dari
golongan prajurit Majapahit, adi pati Majapahit, orang biasa, dan keturunan
raja Majapahit sendiri, walaupun waktu itu orang jawa masih beragama Hindhu
Raden Rahmad tidak membedakan pada sesama manusianya termasuk tolong menolong karena
Raden Rahmad mengingat pesanya Wikra Wardani harus bersatu dengan penduduk asli
jawa.
Juga di abad
ke-15 Wikra Wardani lengser dari jabatannya menjadi Raja dan di ganti oleh
Suhita yang menjadi Raja Majapahit Keenam beliau keras kepala tidak mau kerja
sama dengan orang muslim apalagi prajuritnya mau ikut muslim tambah tidak
boleh. Waktu itu Prajurit dijaman Wikra Wardani yang masuk islam dikeluarkan
dari kerajaan. Maka dari itu putra-putra Suhita semuanya yang laki-laki tidak
ada yang senang pada orang muslim. Waktu Suhita jadi raja yang jadi patihnya
ada Wiro Bumi, Wiro Bumi tersebut mempunyai keturunan putri-putri sampai empat
orang. Nama-nama putra Suhita :
1.
Mengenti
2.
Kambuang
3.
Monggo Luwong.
Anak –anak
Suhita dan Wira Bumi saling menikah kecuali anak Wira Bumi yang paling muda
ikut muslim. Prajurit-prajurit waktu Suhita jadi Raja yang tidak senang pada
Suhita pergi ke utara yaitu Daerah Lamongan.
Setelah Suhita
lengser jadi raja, ketiga anaknya pergi kepulau Bali tetapi tempat tinggal agak
berjauhan/berbeda kampong. Yang namanya Mengenti bertempat tinggal di baratnya
kerajaan Tabanan yang sekarang di beri nama Kampung Megati. Yang namanya
Kambuang bertempat tinggal di timurnya kerajaan Tabanan yang sekarang diberi
nama Kampung Kabe-kabe. Yang namanya Manggo Luwong bertempat tinggal utaranya
Tabanan yang sekarang di berinama Kampung Marge.
Lengsernya
Suhita diganti oleh Gelindra Wardani yang menjadi Raja Majapahit ketujuh,
beliau ber gelar Prabu Karto Wijoyo.
Waktu Prabu Karto Wijaya jadi Raja Majapahit dibebaskan lagi ikut muslim, sebab
beliau sangat membutuhkan pertolongan orang muslim.
Waktu Prabu
Karto Wijaya menjadi raja ketujuh, Yang Mangku Pure atau Raden Jati Bin Maulana
Rosidul ibad / Yang Mangku Jati nyantri pada Raden Rahmad di ampel Delta sampai
jadi alim ilmu syariat dan ilmu ma’rifat.
Singkat cerita,
waktu Gelindra Wardani jadi Raja Majapahit ketujuh orang laki-laki atau
perempuan dipandang berani dan sakti dipilih jadi prajurit.
ADS HERE !!!