Suatu hari, Abu Nawas mendapat undangan istimewa untuk menghadiri jamuan makan malam di istana raja. Abu Nawas merasa gembira dan bersemangat, karena ini adalah kesempatan langka baginya untuk berada di lingkungan istana yang mewah.
Sesampainya di istana, Abu Nawas langsung terpesona dengan kemegahan dan keindahan tempat itu. Dia melihat hamparan karpet merah yang lebar dan indah, dengan lampu-lampu kristal yang memancarkan cahaya berkilauan. Abu Nawas merasa seperti sedang berada di dalam impian.
Namun, Abu Nawas yang selalu penuh dengan kejenakaan dan kecerdikan, tidak bisa menahan diri untuk membuat kekacauan. Dia merasa bosan dengan suasana yang begitu serius di istana itu. Maka, ia pun mulai merencanakan berbagai kejenakaan yang bisa dia lakukan.
Saat makan malam dimulai, Abu Nawas duduk di antara para bangsawan dan pejabat tinggi. Raja duduk di tengah-tengah meja yang dipenuhi dengan hidangan lezat. Abu Nawas menyadari bahwa semua mata tertuju pada raja.
Ketika para pelayan mulai menyajikan hidangan, Abu Nawas diam-diam mengambil sepotong roti yang besar. Dia mulai merancang sebuah lelucon. Dengan cepat, ia mengukir roti tersebut menjadi sebuah patung yang menyerupai wajah raja.
Setelah selesai mengukir, Abu Nawas dengan hati-hati meletakkan patung roti di atas piringnya. Ia pun tersenyum puas melihat karyanya. Lalu, dengan berlagak serius, Abu Nawas berkata, "Raja kami yang terhormat, izinkanlah saya menghadiahkan karya seni ini kepada Anda sebagai tanda penghargaan dan cinta saya yang mendalam."
Semua mata langsung beralih dari raja ke Abu Nawas. Raja, yang merasa
tersanjung, memandang patung roti dengan penuh perhatian. Namun, ketika
semua orang berharap raja akan merasa terhormat, tiba-tiba Abu Nawas
memecahkan patung roti dengan tangan kosongnya.
Kejadian itu mengguncang seluruh ruangan. Semua orang terkejut dan tidak dapat menahan tawa mereka. Raja, meskipun awalnya marah, akhirnya ikut tertawa. Abu Nawas dengan santai berkata, "Maafkanlah kelucuan saya, wahai raja. Saya hanya ingin mengingatkan kita semua bahwa ketawa adalah obat terbaik untuk hati yang berat."
Setelah insiden tersebut, suasana di istana berubah menjadi lebih ceria. Abu Nawas berhasil membawa tawa dan kegembiraan ke dalam istana yang sebelumnya begitu kaku. Raja sendiri menghargai kejenakaan Abu Nawas dan mengundangnya untuk datang kapan saja.
Abu Nawas sering kali mengunjungi istana raja dan selalu berhasil
membuat suasana menjadi riuh dan ceria. Ia menceritakan berbagai
kejenakaan dan petualangan yang dialaminya, membuat raja dan para tamu
terhibur.
Pada suatu kesempatan, ketika Abu Nawas sedang berada di istana, ia melihat seorang seniman berbakat yang sedang melakukan pertunjukan sulap di depan raja. Abu Nawas tertarik dan memutuskan untuk memberikan sentuhan kejenakaannya pada pertunjukan tersebut.
Ketika giliran Abu Nawas untuk berada di depan panggung, ia berdiri dengan penuh keyakinan di hadapan raja dan semua orang. Abu Nawas meminta seorang pelayan untuk memberikan sebuah topi pada dirinya. Dengan gesit, ia meletakkan topi itu di atas kepalanya dan meminta raja untuk memilih sebuah kartu dari setumpuk kartu remi.
Raja yang penasaran memilih sebuah kartu, dan Abu Nawas meminta raja untuk meletakkan kartu tersebut kembali ke dalam tumpukan kartu. Setelah itu, Abu Nawas mengambil sebuah burung palsu dari dalam topi dan mengayunkannya di atas tumpukan kartu. Tiba-tiba, burung palsu itu terbang dan menarik salah satu kartu dari tumpukan.
Dengan ekspresi heran, Abu Nawas mengeluarkan kartu yang dipegang oleh burung palsu itu. Dan, sungguh tak terduga, kartu itu adalah kartu yang dipilih oleh raja! Semua orang di istana terkesiap dan terkagum-kagum melihat kejenakaan yang dilakukan oleh Abu Nawas.
Abu Nawas tersenyum dengan puas, sambil berkata, "Wahai raja, takdir membawa kartu pilihanmu melalui burungku yang ajaib! Namun, tentu saja, ini hanyalah sebuah trik sulap yang sederhana. Kesenangan kita ada dalam menyaksikan keajaiban yang mampu menyentuh hati kita."
Raja dan semua orang yang hadir di istana tertawa dan memberikan tepuk tangan meriah untuk Abu Nawas. Mereka merasa senang dan terhibur dengan kejenakaan dan kecerdikan Abu Nawas yang selalu membawa kebahagiaan.
Sejak itu, Abu Nawas menjadi tamu tetap yang selalu dinanti-nantikan di istana raja. Setiap kali ia hadir, suasana istana selalu dipenuhi tawa dan keceriaan. Raja menghargai kejenakaan Abu Nawas sebagai hiburan yang tak ternilai, karena Abu Nawas mampu membawa kegembiraan dan kehangatan ke dalam kehidupan mereka.
Dan begitulah, kejenakaan Abu Nawas di istana raja menjadi legenda yang dikenang sepanjang masa. Ceritanya diwariskan dari generasi ke generasi, sebagai pengingat akan pentingnya humor dan keceriaan dalam hidup.